Mengapa perlu berlapang dada?
Karena lapang dada merupakan kunci untuk sukses dunia akhirat. Dengan lapang dada kita mendapatkan ketenangan dalam hidup daan tujuan akhirnya pengen dipanggil Allah dengan panggilan
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةًۚفَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙوَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku "dan masuklah ke dalam surga-Ku!"(QS. Al-Fajr: 27-30)
Dengan jiwa yang muthmainnah kita bisa masuk ke surga tanpa hisab. Masuk surga tanpa hisab itu sangat cepat. Jarak antara kiamat ke surga hanya seperti saat kita sholat. Disaat orang-orang sedang mengantri di padang mahsyar, orang-orang dengan jiwa yang muthmainnah ini sudah sampai di surga. Masyaallah..
Salah satu cara untuk bisa berlapang dada yaitu dengan memahami fitrah kehidupan, yaitu:
1. Semua pasti diuji
Sebagaimana di dalam Al-Quran :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. (QS Al Baqarah: 214).
Dunia memang tempat ujian. Badai pasti berlalu tapi setelah itu akan datang badai yang lain. Hidup bukan tentang menunggu badai berlalu, melainkan bagaimana kita bisa menari di tengah badai yang hebat.
2. Watak asli dunia.
Menurut Ibnu Atha’illah as sukandari “jangan heran atas terjadinya kesulitan-kesulitan selama engkau masih hidup di dunia ini, karena memang seperti itulah watak asli dunia (tempat kita mengikuti ujian demi ujian, menanamkan kebaikan di segala situasi dan kondisi). Ujian itu akan menaikkan derajat di sisi Allah dan inilah tujuan dunia diciptakan Allah (sebagai tempat ujian).
3. Mengkonversi ujian jadi amal sholeh
bagaimana cara mengkonversi ujian menjadi amal sholeh? Jiwa yang lapang. Menerima ketetapan Allah dengan jiwa yang lapang.
Mengutip dari perkataan orang bijak
Life is difficult, this is a great truth. (hidup itu sulit, ini adalah sebuah keniscayaan)
Once we truly understand and accept it.then life is nolonger difficult. (hidup itu memang susah tapi kalo kita paham bahwa itu adalah watak dari kehidupan, menerima dan berdamai dengan itu, hidup ga akan lagi susah.
Pahami bahwa kita hidup untuk di uji seperti di dalam Al-Qur’an yang berbunyi:
yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (Al Mulk : 2)
4. Ujian sesuai takaran
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (Q.S Al Baqarah : 286).
5. Pola sukses dari do’a nabi musa
Ketika nabi musa akan menghadapi fir’aun nabi musa berdoa dengan "Ya Allah, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku". (QS Taha 25-28).
Nabi Musa meminta kelapangan dada terlebih dahulu baru meminta urusan yang lain.
Orang yang berlapang dada akan sukses dunia dan akhirat
1. Sukses dunia
Orang yang berlapang dada akan menghasilkan karya hebat, akan menumbuhkan kebaikan dan lebih mampu menyelesaikan masalah. Orang yang lapang dada cenderung lebih sukses, jabatan lebih tinggi, uang lebih banyak, teman lebih banyak dan akrab serta keluarga yang harmonis. Masalah akan lebih enak jika kita bisa lapang dada. Marah itu membutuhkan energi yang lebih besar, jadi jika kita bisa berlapang dada, maka akan banyak karya yang kita hasilkan.
2. Sukses akhirat
Orang yang berlapang dada akan mudah diampuni dan disayang Allah.
Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan (rezeki) di antara kamu bersumpah (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(-nya), orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An Nur: 22)
Terakhir sebagai penutup ada kata-kata dari Maulana Rumi “aku mencintai masalahku, karena yang memberi masalah juga mencintaiku”