Hari raya Idul Adha diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Peringat ini dimaksudkan untuk mengenang kisah teladan Nabi Ibrahhim a.s. Setiap perayaan Idul Adha kita diingatkan tentang kebesaran Allah. Dalam kisah Nabi Ibrahim, beliau tak pernah merasa cukup dalam berkorban kepada Allah. Saat Nabi Ibrahim bermimpi menyembelih anak yang dinanti sekian lama, nabi Ibrahim tidak mencari alasan untuk menolak perintah Allah. Beliau tidak berkata “ya Allah masih kurang kah ketaatan dan pengorbananku selama ini?”. Namun Nabi Ibrahim tunduk dengan perintah Allah. Bahkan Nabi Ibrahim paham, bahwa keridhaan Allah diatas diatas segalanya, walaupun hal itu sangaaaat berat. Nabi Ibrahim a.s ikhlas dan ridha mempersembahkan anak tercintanya, untuk Allah yang lebih Ia cintai. Lalu bagaimana dengan kita? Apa yang sudah kita korbankan untuk Allah?
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim
untuk menyembelih anaknya bukan untuk mengambil anaknya, namun Allah ingin mengambil
rasa kepemilikan nabi Ibrahim. Lalu bagaimanakah dengan kita? Rasa kepemilikan
apa sajakah yang kita miliki? Kepemilikan harta? Anak? Suami? Ego? Ataukah yang
lainnya? Bukankah semua yang ada di dunia ini milik Allah? Mengapa kita merasa
memiliki sesuatu dengan sebegitunya hingga mengabaikan perintah ataupun
larangan Allah?
Lalu apa yang sudah kita
korbankan untuk Allah? Jangan-jangan diri ini belum bisa mengorbankan sekedar
hawa nafsu. Hawa nafsu ingin selalu bermewah-mewahan dibandingkan infaq di
jalan Allah. Hawa nafsu mencari berbagai hiburan yang menyenangkan ketimbang
duduk membaca Al-Qur’an dan berdzikir. Hawa nafsu memilih tidur dibanding bangun
di sepertiga malam untuk sholat dan berdoa, padahal kita yang membutuhkan Allah.
Hawa nafsu terhadap dunia, hingga merasa nikmat dari Allah yang begitu banyak
terasa kurang. Hawa nafsu selalu mengeluh. merasa Allah telah memberikan banyak
masalah, dibandingkan mensyukuri hikmah dibalik permasalahan-permasalahan yang
sedang kita alami. Hawa nafsu tidak memaafkan orang lain yang berbuat salah
kepada kita, padahal kita yang membutuhkan ampunan dari Allah. Astaghfirullah
hal adzim..
“Allah tidak akan
menerima daging-daging dan darah-darah hewan qurban akan tetapi Allah terima
adalah ketaqwaan dari kalian (QS. Al-Hajj : 37)
Pada hari raya Idul Adha Allah
menganjurkan untuk mengkurbankan sebagian harta yang kita miliki untuk
dibagikan kepada orang lain. Namun Allah tidak menerima daging dan darah hewan
qurban, melainkan ketakwaan kita. Allah ingin harta yang kita keluarkan ikhlas
hanya karena Allah, bukan karena riya’ ataupun berbangga dengan harta yang
dimiliki dan bukan juga untuk menjalankan rutinitas yang dilakukan setiap
tahun.
Pada momen idul adha ini, mari
kita merenungi dosa dan kesalahan kita, agar tak merasa suci di tengah kotornya
hati. Agar tak sombong ditengah sedikitnya amalan baik yang di ridhai Allah. Semoga
Allah memudahkan mata hati kita untuk jujur mengakui berbagai kesalahan yang telah
kita lakukan. Agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang
selalu mengejar ridha Allah diatas segalanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar