“Wahai wanita muslimah, janganlah mau tertipu dikehidupan dunia yang singkat ini. Jangan biarkan keinginan hidup mapan membuatmu melenceng dari jalan yang benar. Jangan biarkan kesulitan ekonomi membuatmu memilih jalan yang salah, bahkan menempuh jalan yang haram hanya untuk mendapatkan dunia yang fana” (Habib Umar bin Hafidz)
Dari perkataan Habib Umar diatas kita diingatkan bahwa dunia
ini hanya sementara, dan akhirat adalah kedidupan yang abadi. Jadi apa yang
kita cari dari dunia yang fana ini? Bagaimana jika kita mengejar dunia yang
sementara, namun menderita di akhirat? Tidakah menyesal saat di akhirat nanti?
Muslimah adalah tiang agama. Ibu yang bijaksana, yang
mendidik dengan perilaku. Bukan menyerahkan anak-anaknya dididik oleh televise ataupun
tayangan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan akan melahirkan generasi yang
hebat. Pendidikan terbaik adalah dengan keteladanan, sebab anak adalah bayangan
orang tua. Ketika orang tua berada di jalan yang lurus, maka anak akan
mengikuti jalan yang lurus pula. Dan yang tak kalah penting anak adalah amanat
dari Allah yang harus dibesarkan dengan kasih saying. Pendidikan seperti itu
akan menghasilkan jalinan yang erat antara anak dan orangtua. Sehingga komunikasi
dapat terjalin bahkan tanpa adanya kata-kata. Seperti pada Habib Umar bercerita
bahwa persetujuan dari orang tua saat akan melakukan sesuatu, beliau akan
mendapatkan jawaban dari isyarat mata.
Selain itu keistiqomahan dalam ibadah juga mempengaruhi. Hubabah
zahro istiqomah melaksanakan perintah Allah dari yang Sunnah dhuha hingga solat
tahajud. Suatu ketika beliau kelelahan dan terbangun saat subuh berkumandang. Beliaupun
menangis dan berulang kali meminta maaf kepada Allah dengan penuh penyesalan. Dan
setelah itu beliau tidak pernah meninggalkan sholat tahajud meski sakit ataupun
lelah.
Di waktu malam, Hubabah Zahra memohon ampun dan mendekatkan
diri kepada Allah dengan banjir air mata. Kehidupan yang dicontohkan beliau
kepada anak-anaknya bukan sebatas kehidupan seorang manusia, melainkan
kehidupan seorang hamba yang mengerti mana yang penting, yang tak penting dan
yang berbahaya. Yang terpenting adalah bekal mengahadap Allah, yang tidak
penting adalah apa yang akan kita tinggalkan saat masuk alam kubur. Dan yang
bahaya adalah perbuatan dosa yang membuat Allah murka.
Hati hubabah Zahra selalu terpaut dengan akhirat. Beliau benar-benar
memahami makna Al-Qur’an Surat Ad-Dhuha : 4 yang berbunyi:
“dan akhirat lebih
baik bagimu daripada dunia”
Beliau sellau meminta doa agar wafat dalam keadaan khusnul
khatimah, bahkan apapun yang dilakukan, akhirat selalu menjadi prioritas.
Habib Umar mengisahkan, saat ibunda mendapatkan kemudahan
dalam suatu urusan, beliau selalu berdoa: “Ya Allah, Engkau telah memudahkan
urusan kami di dunia, maka mudahkanlah pula urusan kami diakhirat.”
Hubabah Zahra wafat pada tahun 2015. Saat kepergiannya,
kehilangan mendalam tidak hanya dialami olehputra putri beliau, namun semua
orang yang mengenal beliau.
Masyaallah. Teladan yang sangat baik dari Hubabah Zahro. Salah
satu orang yang selalu memikirkan urusan akhiratnya. Semoga Allah mudahkan saya
dan para pembaca untuk meneladani kisah beliau, selalu memprioritaskan akhirat
di atas segalanya.
Sumber: Buku Bidadari Bumi 2, Karya Ustadzah Halimah Alaydrus
Masyaallah. Luar biasa peran ibu ya, Mbak. Benar adanya jika al ummu madrasatul al ulla
BalasHapusContoh kebaikan yang dilakukan seorang ibu, biasanya memang akan ditiru oleh anak-anaknya ... Seperti kisah di atas. Luarbbiasa tulisannya kak 🙏
BalasHapushubabah zahro sangat patut ditiru dalam mengutamakan akhirat dalan setiap lini kehidupannya, maka tak heran putra-putri beliau menjadi orang-orang alim masyaallah
BalasHapusJadi ingat kisah Robiatul Adawiyah...
BalasHapusMungkin next kak bisa diceritakan kisahnya..
Peran ibu sangat sangat menentukan ya
BalasHapusPernah mendengar kalau ingin anak2 generasi kita jadi baik, maka ibu banyak2 tirakat..
BalasHapus