![]() |
pict from: pinterest.com |
Setiap manusia pasti pernah merasakan hati yang terluka. Hati yang terluka terjadi karena diri sendiri yang belum bisa mengambil hikmah dari suatu kejadian dan terlalu fokus pada hal-hal yang membuat kita sakit hati. Suatu kejadian sebenernya bersifat netral dan pikiran kita yang menerima “oh ini luka”. Jadi penyebab hati terluka adalah asumsi kita sendiri.
Terluka juga bisa terjadi ketika kita punya standar sendiri.
Saat standart yang kita buat tidak sesuai kenyataan, hati kita terluka. Padahal
kita hanyalah hamba Allah. Tugas kita bukan mengatur Allah semau kita, tapi
berusaha untuk menerima segala ketentuan Allah dengan ikhlas.
Hati yang terluka adalah salah satu kasih sayang Allah.
Allah membuat hati kita terluka agar kita semakin bergantung pada Allah. Kesedihan
yang kita rasakan adalah sebuah keseimbangan yang harus terjadi. Agar kita
memahami bahwa Allah yang berkuasa atas segalanya. Dengan kesedihan yang kita
rasakan, maka Allah menurunkan nikmat untuk berduan bersama Allah. Rasa bahagia
yang terus menerus akan berdampak negatif pada kehidupan kita. Seperti Fir’aun
yang hidupnya selalu bahagia tapi tidak bisa merintih mengucap iman. Hidup akan
lebih nyaman jika sering diingatkan oleh Allah. Bisa merasakan manisnya iman,
nikmatnya sholat dan merintih ke Allah. Hati yang senang tapi gelisah itu
sangatlah tidak enak, makanya Allah memberi kita ujian.
Rasulullah pun pernah merasakan tahun kesedihan. Rasulullah
pernah dipermalukan, diremehkan dilempari kotoran hewan dan lain sebagainya. Tidak
ada orang yang terbebas dari luka batin. Oleh karena itu jangan sampai kita
menjadi mental korban. Merasa paling menderita sedunia.
Proses pemulihan luka adalah tanggung jawab pribadi bukan
tanggung jawab orang lain. Kita tidak bisa menyalahkan orang lain atas luka
yang kita alami. Seperti yang dicontohkan Rasulullah saat ditolak Abu Jahal,
Rasulullah tidak menyalahkan Abu Jahal. Bagaimana bisa pulih jika terus
menyalahkan orang lain? kita tidak bisa menyalahkan orang lain, karena dunia
tidak pernah ideal untuk siapapun. Pilihan ada pada kita, mau bangkit dan
semakin kuat kita bergantung pada Allah, atau sebaliknya.
Hati yang terluka dan tidak diobati, maka bisa terjadi
infeksi dan lama kelamaan akan semakin parah. Cara untuk menata hati kembali,
diantaranya:
1.
Perbesar Rasa Syukur
Kita perlu menyadari bahwa nikmat yang telah kita terima dan sedang
dijalani sangatlah besar. Setiap detik banyak keajaiban yang terjadi dalam
tubuh kita. Dan itu semua adalah rahmat dari Allah
2.
Melatih berprasangka baik
Kita harus menyadari bahwa rasa sakit adalah suplemen yang baik untuk
tubuh kita. Allah tidak akan pernah dzolim kepada hambanya. Jadi latihlah terus
untuk yakin kepada Allah.
3.
Memaafkan kesalahan orang lain.
Saat
kita melakukan kesalahan, Allah menyuruh kita untuk beristigfar, namun Allah
tidak mengharuskan kita tidak boleh melakukan kesalahan. Allah aja Maha Pemaaf,
kenapa kita tidak bisa memaafkan kesalahan orang lain? Siapakah kita
menyaratkan sesuatu pada seseorang. Kita saja tidak bisa mengendalikan diri sendiri,
bagaimana bisa mengendalikan orang lain?
Saat kita ingin pulih dari rasa sakit, yang bisa kita
lakukan adalah memeluk rasa sakit. Tujuan utama kita bukan agar terhindar dari
rasa sakit, tapi untuk menyiapkan pulang dengan hati yang lapang, seperti pada
surat Al Fajr ayat 27-30 yang artinya “wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan
diridai. Lalu masuklah kedalam golongan hamba-hambaku dan masuklah ke dalam
Surgaku”.
Healing sesungguhnya bukan untuk terbebas dari luka, tetapi
agar bisa kembali kepada Allah dengan jiwa yang tenang..
Wah setuju kak, harus banyak bersyukur, berprasangka baik, dan juga memaafkan.
BalasHapusMasyaallah, saya langsung keingat buku Penyakit Hati yang belum selesai saya baca, Mba.
BalasHapusMemeluk luka berarti berdamai, ya Mba.
BalasHapusbetul sekali kak, kembalilah pada tuhanmu dalam setiap situasi
BalasHapusBenar sekali kak. Semuanya memang tidak mudah bukan berarti tidak bisa dijalani. Semangat ya kak
BalasHapusPas banget lagi baca buku tentang luka yang belum usai...
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerimakasih kak, tulisannya sangat bermanfaat bagi saya
BalasHapus