Selasa, 04 Juni 2024

Seni Memaafkan

 

    Pernah ngga sih merasa jengkel, kesel, marah sama seseorang sampe susaaaaah sekali mau maafin? Yaps memaafkan memang mudah diucapkan, tapi susah untuk diterapkan. Terkadang kita sudah merasa untuk memaafkan, tapi ternyata masih ada sakit hati yang tersimpan saat mengingatnya kembali. Namun, mau seberapa lama hati kita terluka karena seseorang? Bukankah ketika kita memaafkan, akan membuat hati kita lebih tenang?

    Perumpamaan orang yang belum memaafkan kesalahan orang lain tuh kayak ada yang menancapkan celurit ke hati kita, terus ditinggal begitu saja tanpa mencabutnya dan kita membawanya sakitnya kemana-mana. Gimana rasanya? Ngga enak pastinya..

    Emosi yang sedang kita rasakan merupakan karunia Allah. Allah yang mengizinkan kita untuk merasakan emosi itu. Perasaan apapun yang sedang kita rasakan adalah valid. Namun, kita tidak boleh mementingkan perasaan saja, tetapi harus memproses solusinya. Emosi juga merupakan ujian dari Allah. Allah ingin tau bagaimana kita bisa merespon emosi. Apakah emosi lebih dominan atau iman yang menjadi utama?

“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.” (An-Nur : 22).

    Memaafkan adalah keputusan sadar karena kita berwelas asih kepada diri kita sendiri. Memaafkan adalah tentang menyayangi diri sendiri, jadi tak perlu menunggu orang lain untuk meminta maaf. Kita saja tidak punya kendali penuh untuk mengendalikan diri sendiri, bagaimana bisa kita menyaratkan orang lain untuk berubah, baru kita bisa memaafkannya?

    Terkadang kesalahan bukan 100% disebabkan oleh pelaku, bisa jadi diri kita sendiri atau ada faktor lingkungan yang ikut menyumbang adanya kesalahan. Allah saja Maha Pemaaf. Bagaimana bisa kita tidak memaafkan kesalahan orang lain? Bukankah kita juga manusia biasa yang suka melakukan kesalahan? Allah pun suka dengan hamba yang bisa memaafkan orang lain. Bukankah ridho Allah lebih kita butuhkan?

    Rasulullah yang pernah diboikot kaum Quraisy hingga hanya bisa makan daun kering, masih bisa memaafkannya. Perlakuan orang lain yang menyakitkan tak sesakit yang Rasulullah alami, kenapa kita tidak bisa memaafkannya?

    Allah selalu menitipkan hikmah dibalik apupun yang terjadi pada kita. Lebih baik fokus untuk mencari hikmah daripada terus meratapi luka yang belum mengering. Yakin apapun yang terjadi adalah takdir terbaik untuk kita.. Semangat berproses..

 


14 komentar:

  1. Benar sekali kak. Perilaku kita harus dijaga, semangat ya kak!

    BalasHapus
  2. Di harian Serambi Indonesia yang terbit di Aceh, ada yang namanya kolom Taffakkur. Baca ini jadi berasa baca kolom Tafakkur.

    BalasHapus
  3. memaafkan memang berat, tapi sekarang minta maaf juga kayaknya lebih susah, memang ya ka, manusia itu perlu sering sering berproses dalam muhasabah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul kak. kadang merasa orang lain yang salah, padahal diri sendiri juga ikut salah

      Hapus
  4. Meskipun tidak mudah tapi harus dilatih ya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali. meringankan beban kita sendiri

      Hapus
  5. Memaafkan memang hal yang paling sulit dilakukan. Namunaku selalu ingat, bahwa memaafkan itu bukan untuk orang lain, tapi untuk diri kita sendiri.

    BalasHapus
  6. Semangat berproses juga kak..
    Seni memaafkan memang susah susah gampang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. semoga kita dipermudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, maupun kesalahan diri sendiri ya kak

      Hapus
  7. Memaafkan memang sulit. Tetapi dibalik kesulitan dalam memaafkan seseorang terdapat hikmah dan/ atau balasan yang besar. Mantap blognya, kak. Semangat!

    BalasHapus