Pernah ngga sih merasa jengkel, kesel, marah sama seseorang
sampe susaaaaah sekali mau maafin? Yaps memaafkan memang mudah diucapkan, tapi
susah untuk diterapkan. Terkadang kita sudah merasa untuk memaafkan, tapi
ternyata masih ada sakit hati yang tersimpan saat mengingatnya kembali. Namun,
mau seberapa lama hati kita terluka karena seseorang? Bukankah ketika kita
memaafkan, akan membuat hati kita lebih tenang?
Perumpamaan orang yang belum memaafkan kesalahan orang lain
tuh kayak ada yang menancapkan celurit ke hati kita, terus ditinggal begitu
saja tanpa mencabutnya dan kita membawanya sakitnya kemana-mana. Gimana
rasanya? Ngga enak pastinya..
Emosi yang sedang kita rasakan merupakan karunia Allah.
Allah yang mengizinkan kita untuk merasakan emosi itu. Perasaan apapun yang
sedang kita rasakan adalah valid. Namun, kita tidak boleh mementingkan perasaan
saja, tetapi harus memproses solusinya. Emosi juga merupakan ujian dari Allah.
Allah ingin tau bagaimana kita bisa merespon emosi. Apakah emosi lebih dominan
atau iman yang menjadi utama?
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan
kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan)
kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan
Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.” (An-Nur : 22).
Memaafkan adalah keputusan sadar karena kita berwelas asih
kepada diri kita sendiri. Memaafkan adalah tentang menyayangi diri sendiri,
jadi tak perlu menunggu orang lain untuk meminta maaf. Kita saja tidak punya
kendali penuh untuk mengendalikan diri sendiri, bagaimana bisa kita menyaratkan
orang lain untuk berubah, baru kita bisa memaafkannya?
Terkadang kesalahan bukan 100% disebabkan oleh pelaku, bisa
jadi diri kita sendiri atau ada faktor lingkungan yang ikut menyumbang adanya
kesalahan. Allah saja Maha Pemaaf. Bagaimana bisa kita tidak memaafkan
kesalahan orang lain? Bukankah kita juga manusia biasa yang suka melakukan
kesalahan? Allah pun suka dengan hamba yang bisa memaafkan orang lain. Bukankah
ridho Allah lebih kita butuhkan?
Rasulullah yang pernah diboikot kaum Quraisy hingga hanya
bisa makan daun kering, masih bisa memaafkannya. Perlakuan orang lain yang
menyakitkan tak sesakit yang Rasulullah alami, kenapa kita tidak bisa
memaafkannya?
Allah selalu menitipkan hikmah dibalik apupun yang terjadi
pada kita. Lebih baik fokus untuk mencari hikmah daripada terus meratapi luka
yang belum mengering. Yakin apapun yang terjadi adalah takdir terbaik untuk
kita.. Semangat berproses..
Benar sekali kak. Perilaku kita harus dijaga, semangat ya kak!
BalasHapussemangat juga buat kakak :)
HapusDi harian Serambi Indonesia yang terbit di Aceh, ada yang namanya kolom Taffakkur. Baca ini jadi berasa baca kolom Tafakkur.
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih bu dosen
Hapusmemaafkan memang berat, tapi sekarang minta maaf juga kayaknya lebih susah, memang ya ka, manusia itu perlu sering sering berproses dalam muhasabah.
BalasHapusbetul kak. kadang merasa orang lain yang salah, padahal diri sendiri juga ikut salah
HapusMeskipun tidak mudah tapi harus dilatih ya hehe
BalasHapusbetul sekali. meringankan beban kita sendiri
HapusMemaafkan memang hal yang paling sulit dilakukan. Namunaku selalu ingat, bahwa memaafkan itu bukan untuk orang lain, tapi untuk diri kita sendiri.
BalasHapusbetul, diri sendirilah yang butuh memaafkan
HapusSemangat berproses juga kak..
BalasHapusSeni memaafkan memang susah susah gampang..
semoga kita dipermudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, maupun kesalahan diri sendiri ya kak
HapusMemaafkan memang sulit. Tetapi dibalik kesulitan dalam memaafkan seseorang terdapat hikmah dan/ atau balasan yang besar. Mantap blognya, kak. Semangat!
BalasHapusterimakasih kak
Hapus